Spiga

Mempelajari dan Mengajarkan Al Qur'an

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir r.a, ia berkata, “Bahwa Rasulullah r suatu ketika keluar dari rumah beliau, sewaktu kami sedang berada di Shuffah. Beliau bersabda:



أَيُّكُمْ يُحِبُّ أّنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطَحَا نَ أَوْ إِلَى العَقِيقِ فَيَأتِي مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ،


فِي غَيْرِ اِثمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ؟


“Siapakah di antara kamu yang mau pergi ke Buthan atau Al ‘Aqiq setiap hari, kemudian pulang dengan membawa dua ekor unta yang bagus-bagus, tanpa harus melakukan dosa atau memutuskan tali silaturrahmi ?” Lalu kami (para sahabat) menjawab: “Kami semuanya ingin mendapatkan itu wahai Rasulullah.”



((أفَلاَ يَغْدُو أحَدُكُمْا إِلَى المَسْجِد فَيَعْلَمُ أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ.وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ. وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ؟))


Beliau bersabda: “Apa yang menghalangimu pergi ke mesjid untuk belajar (Al Qur’an) atau membaca dua ayat dari kitab Allah, karena hal itu lebih baik dari dua ekor unta. Dan membaca tiga ayat, maka hal itu lebih baik dari tiga ekor unta. Dan empat ayat, maka hal itu lebih baik dari empat ekor unta dan selanjutnya setiap hitungan ayat sama dengan hitungan unta.” (HR Muslim, 1/552).


Dalam hadist diatas, Nabi r telah membuat satu perumpamaanyang sangat menakjubkan dan sarat dengan pelajaran, karena berisi dorongan dan motivasi bagi kita untuk selalu mempelajari Al Qur’an dan untuk memperbanyak berjalan kemesjid dengan maksud mempelajari Al Qur’an. Karena disana ada kedamaian dan ketentraman serta melepaskan dir dari ketertarikan hati terhadap kesibukan dunia. Dan juga beliau menerangkan bahwa mempelajari satu ayat dari kitab Allah, maka hal itu lebih baik dari dunia dan isinya.


Rasulullah r mengibaratkan pahala orang yang mempelajari Al Qur’an dengan unta, karena unta merupakan kebanggaan dan harta simpanan termahal bagi bangsa Arab, pada permulaan islam. Dimana ia tidak dimiliki, melainkan oleh para hartawan saja. Dan Nabi r hendak mengajak para sahabat untuk meraih harta dunia yang lebih mahal dari unta. Agar mereka mempunyai simpanan kebaikan yang lebih baik dari seekor unta disisi Allah. Yaitu dengan cara mempelajari Al Qur’an. Sebab setiap ayat yang dipelajari oleh seorang muslim, maka ia dalam timbangan kebaikan, yaitu lebih baik dari seekor unta yang elok, yang terbebas dari segala cacat dan aib.


Dan Nabi r telah mendorong umatnya untuk mempelajari kebaikan dan mengajarkannya kepada orang lain. Bagi orang yang berbuat demikian akan disediakan pahala orang yang melaksanakan haji secara sempurna. Beliau bersabda:


((مَنْ غَدَا إِلَى المَسْجِدِ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ،


تَامَّا حَجَّتُهُ))


“Barang siapa yang pergi ke masjid, tidak bertujuan melainkan untuk mengetahui kebaikan atau mengajarkannya (kepada orang lain), maka baginya pahala orang yang menunaikan haji secara sempurna.”(HR At Thabrani dalam kitab Al Kabir, 8/94. Syaikh Al Bani mengatakan Hadist ini “Shahih” berada di shahihut Targhib wat Tarhib, 1/145)



Tidak diragukan lagi bahwa mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an termasuk urutan pertama dari kebaikan yang harus dipelajari dan diajarkan kepada manusia, karena ia adalah kalam (perkataan) Allah.


Didalam hadist yang lain, Rasulullah r memberitahukan bahwa orang yang mempelajari kebaikan dan menngajarkannya (kepada orang lain), maka kedudukannya sama seperti orang yang berjihad dijalan Allah.Nabi r bersabda:


((مَنْ جَاءَ مَسْجِدِي هَذَا، لَمْ يَأتِهِ إِلاَّ لخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَو يُعَلِّمُهُ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ المُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ الله، وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَي مَتَا عِ غَيْرِهِ))


“Barangsiapa yang dating ke masjidku ini (masjid Nabawi), dia tidak mendatanginya kecuali dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya ( kepada orang lain), maka kedudukannya seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Dan barangsiapa yang dating (ke masjid) dengan tujuan selain itu, maka kedudukannya sama seperti orang melihat harta dunia milik orang lain.” (HR Ibnu Majah, 1/82, Syaikh Al Bani berkata, “Hadist ini berada di shahih Ibnu Majah, 1/44, hadist no; 186, hadist ini shahih.”)



Alangkah tingginya kedudukan orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain, dimana kedudukannya sama seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Yang demikian itu karena dia telah berjihad melawan hawa nafsu dan keinginan-keinginan hatinya serta bersungguh-sungguh melawan godaan syaitan, lalu dia bersabar dan tetap mengikat dirinya dengan halawah Al Qur’an yang diberkahi, dia tinggalkan dunia sementara waktu dengan segala keindahannya. Maka bagaimana dia tidak berhak mendapatkan kemuliaan yang agung ini, sebagai balasan yang setimpal.



Sumber:


Keagungan Al Qur’an Al Karim


Mahmud bin Ahmad bin Shalih Al Dosari

Perniagaan yang sangat menguntungkan adalah Membaca Al Qur'an

AllahYberfirman:


﴿ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًا وَعَلاَنَيَةًيَرْجُونَتِجَٰرَةًلَّن تَبُور. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ غَفُرٌ شَكُورٌ ﴾


“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambahkan kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Q.SFathir29-30).



Ayat ini berisi pujian Allah Y kepada para pembaca (qari’) Al Qur’an yang agung ini. Al Qurthubi berkata, “ Ini adalah ayat (yang menunjukkan tentang keutamaan) para pembaca (qari’) Al Quran, yang memahami maknanya dan mengamalkan isinya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14/345)



Inilah pujian Allah Yterhadap para pembaca (qari’) Al Qur’an yang agung ini, karena mereka selalu konsisten dan komitmen untuk membacanya. Mereka membaca kalam-Nya dengan memperhatikan hukum-hukum tajwidnya dab merenungi maknanya serta mengambil faedah darinya. (Fathul Qadir, 4/348. Tafsir As Sa’dy, 4/216)



Maka apakah ada orang yang menghendaki surga, sementara dia tidak memperbanyak membaca Al Qur’an? Sesungguhnya membaca Al Qur’an itu merupakan perniagaan yang sangat menguntungkan dan simpanan yang tak akan hilang di sisi Dzat yang Maha Pemurah.



Oleh karena itulah AllahY berfirman:


﴿ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ ﴾



“Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.” (Q.S: Faathir: 30)



AllahYtelah menjanjikan pahala yang besar bagi ahli Al Qur’an yang merealisasikan ajarannya dan bahkan Allah Ymenambahkan untuk mereka keutamaan dan kemuliaan-nya. Dan tambahannya ini tiada yang mengetahui kadarnya kecuali Allah Y, Dzat yang memiliki Keutamaan yang Agung.



Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud tia berkata, telah bersabda Rasulullah r:


((مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابَ الله فَلَهُ بِهِ حَسَنَةُ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُولُ


﴿ الۤمۤ ﴾ حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ))


“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran, akan mendapatkan satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh semisalnya. Aku tidak berkata: Alif Laam Miim, satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf,” (HR Tirmidzi 5/175, hadist no.2910, Disyahihkan oleh Al bani dalam shahih Tirmidzi 3/9, hadist no.2327)



Hadist ini mengisyaratkan bahwa membaca satu huruf dari kitab Allah Y akan mendapat-kan sepuluh kebaikan. Dan ini merupakan jumlah yang terkecil yang dijanjikan AllahY sebagaimana firman-Nya:


﴿ مَن جَاۤءَ بِٱ لْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ﴾


“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya.” (Q.S; Al An’am: 160)



Dan juga firman-Nya:


﴿ وَٱللهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَاۤءُوَٱللهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ﴾


“ Dan Allah melipat gandakan (ganjaran ) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Al Baqarah: 261)



Tidak syak lagi, bahwa tambahan dan pelipat gandaan pahala itu, berbanding lurus dengan ke ikhlasan sang pembaca (qari’), kekhusyu’annya, tadabburnya dan adab-adabnya terhadap kitab AllahY.



Hampir-hampir tidak kita temukan bentuk dzikir yang memberikan pelakunya pahala berlimpah ruah seperti orang yang membaca Al Qur’an . Maka berapakah pahala yang akan diraih oleh orang yang membaca satu baris, satu halaman dan bahkan satu juz?



Bukankah merupakan suatu bentuk kebodohan dan kepicikan berpikir, jika seorang muslim mau berpaling dari tilawah Qur’an yang agung ini. Padahal didalamnya terdapat banyak kebaikan dan keberkahan untuk kehidupan duniawi dan ukhrawi. Yang pahalanya selalu tersimpan dan tercatat baginya disisi Rabb semesta alam.



Sumber :


Keagungan Al Qur’an Al Karim


Mahmud bin Ahmad bin Shalih Al Dosari

Dosa Meninggalkan Sholat

Dosa Meninggalkan Sholat
Kitab Al Kabair – Imam Syamsuddin Adz Dzahabi

Meninggalkan sholat merupakan dosa besar ke empat setelah syirik, membunuh, dan sihir.
Allah berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيَّا إِلاَّ مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shaleh” (QS. Maryam: 59-60)

Ibnu ‘Abbas berkata: “ Makna menyia-nyiakan sahalat bukanlah meninggalkannya sama sekali. Tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.”

Imam para tabi’in, Sa’id Bin Musayyib berkata: “Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan shalat Dzuhur sehingga dating waktu ‘Ashar. Tidak mengerjakan shalat ‘Ashar sehingga dating waktu Maghrib. Tidak mengerjakan shalat Maghrib hingga datang shalat ‘Isya’. Tidak mengerjakan shalat ‘Isya’ sampai fajar menjelang. Tidak shalat Shubuh hingga datang matahari terbit. Barangsiapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertaubat, Allah menjanjikan baginya ‘Ghayy’, yaitu lembah di neraka Jahannam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya.”

Di tempat yang lain Allah berfirman:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلاَتِهِمْ سَاهُنَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan shalatnya. (QS.Al Maa’uun: 4-5)

Orang-orang yang lupa adalah orang-orang yang lalai dan meremehkan shalat. Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang orang-orang yang lupa akan shalatnya. Beliau menjawab, ‘Yaitu mengakhirkan waktunya.”

Mereka disebut orang-orang yang shalat. Namun ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktunya yang seharusnya, mereka diancam dengan ‘wail’, adzab yang sangat berat. Ada juga yang mengatakan bahwa ‘wail’ adalah sebuah lembah dineraka jahannam , jika gunung-gunung yang ada didunia ini dimasukkan kesana niscaya akan melelehkan semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan shalat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali orang-orang yang bertaubat kepada Allah dan menyesal atas kelalaiannya.


Di ayat yang lain Allah berfirman:
يـَاأَيـُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْلاَتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَللآأَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِالله وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS Al Munafiqun: 9)

Para mufassir menjelaskan, “Maksud ‘mengingat Allah’ dalam ayat ini adalah shalat lima waktu. Maka barangsiapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah-ladangnya, dan anak-anaknyadari menegerjakan shalat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi.”

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menjaganya maka ia memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedangkan yang tidak menjaganya maka tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama For’aun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR.Ahmad)

Sebagian Ulama berkata, “Hanyasanya orang yang meninggalkan shalat dikumpulkan dengan empat orang itu karena telah menyibukkan diri dengan kekuasaan, harta, pangkat / jabatan dan perniagaannya dari shalat. Jika ia disibukkan dengan hartanya ia akan dikumpulkan bersama Qarun. Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya ia akan dikumpulkan dengan Fir’aun, Jika ia disibukkan dengan pangkat dan jabatan ia akan dikumpulkan dengan Haman. Dan jika ia disibukkan dengan perniagaannya maka ia akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Makkah saat itu.”

Mu’adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah bersabda:
مَنْ تَرَكَ صَلاَةً مَكْتُوبَةً مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللهِ
“Barangsiapa meninggalkan shalat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah U .” (HR Imam Ahmad).

Umar bin Khathab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah bertanya, “Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ta’ala dalam islam?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya. Barangsiapa meninggalkannya sungguh ia tidak lagi memiliki dien lagi, dan shalat itu tiang agama.”