Spiga

Kajian Umum JIC: Ust Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Kajian Untuk Umum
Thema : Bedah Buku "Syarah Rukun Islam"
Tempat : Masjid Jakarta Islamic Center
Koja - Jakarta Utara
Waktu : Insya Allah, Ahad 29 Shafar 1429 (6 April 2008)
09:00 ~ Dzuhur.

Penyelenggara: Kerjasama JIC & TKIKA

Sesungguhnya Amal itu Tergantung pada Niatnya

Jami’ul Ulul wal Hikam – Syarah Arba’in An Nawawi
Buah Pena : Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilaly

Disampaikan oleh : Ustadz Suhandis – 2 Februari 2008/ Muharram 1429H – Masjid Al Iman
Notulen: Abu AbdurRahman Sapta

‘Sesungguhnya Amal itu Tergantung pada Niatnya’ [HR Imam Bukhari]

Imam Syafii : Hadits ini merupakan 1/3 ilmu dan di dalamnya tergantung 70 masalah fiqh.
Imam Ahmad : Hadits ini merupakan pokok agama Islam. Ada 3 ushul hadits dalam Islam:
Hadits 1: Setiap amal tergantung pada niatnya
Hadits 2: amal yang tidak ada dariku maka tertolak
Hadits 3: yang halal sudah jelas dan yang haram sudah jelas.

~ Setiap amal tergantung dari niatnya, yang dimaksud adalah amalan yang shahih, yang diakui dan diterima. Oleh karenanya, bahwasanya amalan yang diinginkan adalah amalan yang sesuai dengan syariat dan diniatkan sesuai dengan syariat Allah dan Rasul-Nya, seperti kebiasaan makan dan minum, dll.
~ Niat, secara bahasa artinya ‘keinginan’ atau ‘maksud’.

Niat menurut para ulama ada 2 makna :
1.Membedakan ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, seperti niat sholat zhuhur dengan niat sholat ‘ashar, membedakan antara mandi biasa dan mandi janabah, dll. Makna niat yang pertama ini terdapat di kitab-kitab ulama fiqh.
2.Membedakan maksud/tujuan dalam beramal. Contoh : apakah amal karena Allah, atau karena yang lainnya. Dan hal ini terdapat dalam kitab-kitab tentang ikhlas. Terkadang disebutkan dalam hadits dengan lafadz an-niyah, al-iradah. Ali Imran 152 : ‘Sebagian kalian menginginkan dunia dan sebagian kalian menginginkan akhirat’. ‘Barangsiapa menginginkan dunia, maka Allah akan memberikannya’. Terkadang disebut dengan lafadz ibtigho.

Syarat diterimanya amal ada 2 : niat ikhlas karena Allah dan ittiba’ ‘ala sunnah. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu tidak terpenuhi maka amal tersebut batal/tertolak. Ada yang beramal dengan ikhlas tapi tidak ada contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada yang beramal mengikuti contoh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam namun ia tidak ikhlas, maka keduanya tertolak.

Ada orang yang terkadang menyangka sudah ikhlas, tapi ternyata tidak. Sebagaimana kisah 3 orang yang beramal dalam jihad, shadaqah dan belajar ilmu Al Qur’an dan mengajarkannya. Amal mereka justru membuat mereka dilemparkan ke dalam api neraka. Seseorang tidak bisa dinilai dari dhahirnya saja. Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya ikhlas, sehingga sesesorang bisa masuk ke dalam surga atau neraka. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pingsan ketika meriwayatkan hadits ini.
QS Hud 15-16 : ‘Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami berikan kepadanya di dunia dan dia tidak dirugikan. Mereka adalah orang-orang yang tidak mendapatkan bagian di akhirat melainkan neraka’. Muawiyah radhiallahu ‘anhu ketika membaca ayat ini menangis hingga pingsan.

Imam Ahmad dan Abu Dawud, Ibnu Majah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang belajar ilmu yang seharusnya dia belajar untuk mencari ridho Allah tetapi kenyataannya ia mencarinya untuk kehidupan dunia, maka ia tidak akan bisa mencium bau surga’.
Betapa banyak orang yang berlomba-lomba mencari dunia namun mereka melupakan akhirat sehingga mereka menemukan kesempitan, karena mereka jauh dari petunjuk Allah.
‘Barangsiapa yang lalai dari dzikir (mengingat Allah) maka baginya kehidupan yang sempit. Dan kelak di Akhirat akan Kami kumpulkan dalam keadaan buta. Kemudian mereka berkata, ‘Kenapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta padahal di dunia kami bisa melihat. Begitulah, ketika di dunia dibacakan ayat-ayat Allah namun kalian melupakannya. Demikianlah Kami lupakan juga kalian di Akhirat.’

Amal yang ditujukan kepada selain Allah terbagi menjadi 2 kategori:
1.Niatnya semata karena riya’, yang dia bermaksud mencari sanjungan / pujian makhluk. Hal ini seperti keadaan orang-orang munafiq ketika sholat. Mereka tampak khusyu’ namun hati mereka riya’, sebagaimana yang tersurat dalam QS An Nisaa’ 142, ‘Orang-orang munafiq ketika berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas (karena ingin dipuji oleh manusia)’. Amalan ini, tidak diragukan lagi bahwa ia tertolak. Terhapus amalnya dan ia mendapat hukuman dari Allah.
2.Terkadang ia ikhlas karena Allah namun ia bercampur dengan riya’. Amalan ini adalah bathil, sebagaimana yang tersurat dalam hadits qudsi, ‘Aku adalah yang Maha KAya dari sekutu yang lain, barangsiapa yang beramal dengan amalan yang ia mempersekutukan dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan ia bersama sekutunya’. Tidak ada khilaf diantara ulama tentang bathilnya amal yang semacam ini.

Syirik ada 2 macam : akbar dan asghar. Dan riya’ merupakan syirik kecil. Meski kecil, ia merupakan kesyirikan, yang merupakan dosa besar.


SOAL dan JAWAB
Jika salah dalam menghadirkan niat, apakah harus diulang? Contoh berniat sholat Zhuhur, padahal seharusnya ia sholat ‘Ashar. Amal tersebut tidak sah dan harus diulang.
Niat tidak perlu dilafadz-kan. Bila diucapkan maka ia termasuk bid’ah.
Waswas datang dari syaitan.
Fudhail bin ‘Iyadh : ‘Barangsiapa beramal karena manusia maka ia telah berbuat syirik dan barangsiapa meninggalkan amal karena manusia maka ia telah berbuat riya’.
Manhaj Ahlus Sunnah dalam mengkritik orang : harus dilakukan dengan tutur kata yang baik dan halus dan langsung kepada orangnya.
Jagalah lisanmu. ‘Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berkatalah yang baik, atau diam’.
‘Jika engkau melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan, jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu juga maka ubahlah dengan hati (dengan meninggalkannya), dan itulah selemah-lemahnya iman’.
Lihatlah kepada siapa engkau akan merubah kemungkaran. Hendaknya dibedakan kepada orang yang punya kedudukan, kepada orang yang tua, yang muda, dll.
‘Agama seseorang itu tergantung pada (agama) temannya’.

Hadits No. 1

1.Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh 'Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin 'Abdil 'Uzza bin Riyah bin 'Abdillah bin Qurth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu-ay bin Ghalib al-Qurasyiyyi al-'Adawi Radhiyallahu'anhu, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan seseorang akan memperoleh (balasan) sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk kemenangan dunia yang didapatnya, atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya kepada apa yang diniatkannya.” (Mutttafaq 'alaih)

Diriwayatkan oleh dua Imam ahli hadist: Abu Abdillah bin Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairiy an-Naisaburi radhiyallahu'anhuma dalam kedua kitab shahihnya, yang keduanya merupakan kitab yang paling shahih di antara kitan-kitab lainnya.

Pengesahan Hadits:
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (I/9 – Fat-h) dan Muslim (1907)
Telah dinukil secara mutawatir (perkataan) dari para Imam dalam menghormati nilai hadits ini. Tidak ada dalam hadits Nabi shalallahu 'alaihi wassalam yang lebih mencakup dan memadai serta lebih bermanfaat darinya. Sebab, ia merupakan salah satu hadits ayng menjadi poros Islam.

Pengertian Hadits:
~ Niat merupakan poros atau landasan suatu perbuatan.
~ Niat tempatnya di dalam hati dan tidak perlu di lafazhkan dengan lisan. Hal ini sudah menjadi kesepakatan para ulama, dalam semua ibadah, thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, jihad dan ibadah-ibadah lainnya. Sedangkan melafazkan niat dengan lisan merupakan bid'ah yang menyesatkan. Dan sungguh telah keliru orang yang beranggapan bahwa melafazhkan niat dibolehkan untuk ibadah haji, sedangkan yang lainnya tidak dibolehkan. Kekeliruan itu disebabkan karena dia tidak dapat membedakan antara “talbiyah” dan “niat”.
~ Amal shalih harus disertai dengan niat yang baik.
~ Niat yang baik tidak dapat mengubah kemungkaran menjadi kebaikan, dan atau Bid'ah menjadi Sunnah.
~ Ikhlas karena Allah merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan.
Allah subhaanahu wa ta'aala tidak akan menerima amal perbuatan kecuali yang paling tulus dan benar.
~ Amal yang paling tulus adalah amal yang dilakukan karena Allah.
~ Amal yang paling benar adalah yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam yang shahih.
~ Berapa banyak orang yang beramal, berharap kebaikan tetapi tidak pernah menggapainya?

KAJIAN UMUM MASJID AL-IKHLAS LEGENDA

BERSAMA AL-USTADZ ABU QOTADAH
(Pimpinan Pondok Pesantren Ihya As-Sunnah Tasikmalaya)

Materi : Pembahasan Buku ‘AKHLAK-AKHLAK BURUK’ Fenomena, sebab terjadinya dan cara pengobatannya.
Terjemahan dari kitab SUUL KHULUQ ‘Madhoohiruhu, Asbabuhu, ‘Ilaajuhu’ karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamad

Hari : Ahad, 2 Maret 2008
Waktu : 9.00-12.00 WIB
Tempat : Masjid Al-Ikhlas Legenda, Perum Dukuh Bima Bekasi

Panitia:
0818982499, 021-71205975, 021-70686030(Sekretariat)

Rute Kendaraan Umum:
* Dari terminal Bekasi, angkot 39 turun Perempatan Legenda. Naik angkot 23 turun gerbang Perum Dukuh BIMA
* Dari Cibitung/Tambun/Cikarang, turun gedung Joang. Naik angkot 23 turun Gerbang Perum Dukuh BIMA
* Dari Gerbang Perum Dukuh BIMA disediakan mobil jemputan ke lokasi MASJID AL-IKHLAS DUKUH BIMA

URL: http://www.kajian-islam.info/
Sumber : http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/37705